Select Page

Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan pengelolaan optimal terhadap surplus telur yang terjadi di Indonesia. Dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional dan mendorong pemanfaatan produk telur dalam negeri, Kementan tengah memfokuskan perhatian pada pengembangan industri tepung telur.

Produksi telur nasional pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 6,3 juta ton, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik 6,2 juta ton. Selain itu, Indonesia berhasil mengekspor telur konsumsi ke Singapura sebanyak 2.877,9 ton, menunjukkan adanya kemandirian dalam subsektor peternakan, khususnya komoditas telur.

Namun, surplus telur yang melimpah juga menimbulkan tantangan bagi industri telur di Indonesia.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Agung Suganda menjelaskan, permasalahan utama yang dihadapi adalah oversupply telur.

“Kami di Kementan terus melakukan pengendalian, termasuk memantau harga komoditas pertanian setiap hari, seperti harga ayam hidup dan telur di tingkat peternak. Kami tidak tinggal diam. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menciptakan keseimbangan pasar, termasuk menyerap hasil produksi secara maksimal,” ujar Agung dalam Rapat Koordinasi Ketersediaan dan Pemenuhan Produk Telur Nasional di kantor pusat Kementan, Jakarta, Kamis (5/12).

Agung menambahkan bahwa salah satu solusi untuk mengelola surplus tersebut adalah dengan mengembangkan industri tepung telur. Ia menilai tepung telur memiliki potensi besar, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional.

“Permintaan pasar domestik dan internasional terhadap tepung telur terus meningkat, membuka peluang besar bagi industri ini untuk berkembang,” kata Agung.

Kementan juga mendorong sinergi antara pelaku usaha besar dan koperasi peternak. Sebagian besar peternakan di Indonesia masih berskala rakyat, sehingga membutuhkan dukungan yang lebih besar dari berbagai pihak.

“Kami tidak hanya fokus pada kebijakan pengendalian impor, tetapi juga mendukung ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar internasional, seperti Uni Emirat Arab. Semua ini dilakukan demi menjaga keseimbangan pasar dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri,” tambahnya.

Keberlanjutan program ini diharapkan dapat memperkuat subsektor peternakan dan mendukung ketahanan pangan nasional. Agung mengharapkan kerjasama dari semua pihak untuk memastikan sektor pertanian, khususnya telur, tetap menjadi pilar utama dalam mencapai kemandirian pangan nasional.

“Dukungan dari para pelaku industri, koperasi, dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan,” tutup Agung.

Hits: 1

Share and Enjoy !

Shares
Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Print
1
Hallo .. Ada yang bisa kami bantu ?
Powered by
FacebookTwitterInstagramTikTokYoutubeEmail
Skip to content