Jakarta – Pada Sabtu pagi, 7 Desember 2024, suasana di salah satu lokasi di Jakarta tampak berbeda. Sejumlah pejabat tinggi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) sedang berkumpul untuk mengikuti pelatihan yang tak hanya menyuguhkan teori, tetapi juga menghadirkan tantangan baru bagi mereka: bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan media.
Imam Wahyudi, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Komunikasi, membuka pelatihan dengan sebuah pertanyaan sederhana: “Seberapa sering kita merasa pesan yang kita sampaikan ke media tidak sampai dengan jelas?” Pertanyaan ini mengundang perhatian penuh dari para peserta, yang selama ini sudah sering terlibat dalam beragam rapat dan pertemuan formal, tetapi jarang terlatih untuk menyampaikan pesan secara langsung dan terbuka kepada publik melalui media.
Imam kemudian menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam berkomunikasi dengan media adalah menyampaikan pesan yang tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga mudah dipahami oleh khalayak luas. “Kita sering terjebak dalam bahasa yang terlalu teknis atau jargon yang sulit dimengerti. Media, terutama yang berfokus pada isu-isu publik, membutuhkan informasi yang cepat, akurat, dan mudah dipahami,” ujar Imam.
Para peserta yang hadir, dari Direktur Jenderal PKH hingga Kepala Balai yang mewakili daerah-daerah, mulai merenung. Mereka menyadari bahwa sering kali mereka terbiasa berbicara dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu, seperti sesama pejabat atau profesional di bidang peternakan. Padahal, masyarakat luas membutuhkan pemahaman yang sederhana dan jelas tentang kebijakan atau program yang dijalankan.
Imam memberi contoh konkret ketika Kementan meluncurkan program Makan Bergizi Gratis, penting bagi media untuk mengerti dengan jelas bagaimana program itu berfungsi, siapa yang mendapat manfaat, dan apa dampaknya bagi masyarakat.
“Jika kita bisa menyampaikan pesan ini dengan cara yang mudah dipahami, media akan dengan mudah menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat,” katanya.
Tak hanya soal teknik berkomunikasi, pelatihan ini juga menyentuh tentang pentingnya memahami isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat. Imam mengajak peserta untuk memerhatikan apa yang menjadi pembicaraan utama di media dan kalangan masyarakat, serta bagaimana Kementan dapat menyesuaikan informasi yang disampaikan dengan kebutuhan tersebut.
“Jika kita ingin program peternakan atau kebijakan tertentu mendapat perhatian positif, kita harus memastikan bahwa informasi yang kita berikan sesuai dengan isu yang sedang hangat. Kalau tidak, meskipun kita sudah menyampaikan dengan sangat baik, bisa jadi pesannya akan tenggelam dalam riuhnya perbincangan publik,” jelas Imam.
Hal ini menambah pemahaman peserta bahwa komunikasi yang efektif tidak hanya soal bagaimana cara bicara, tapi juga soal kapan dan di mana informasi itu disampaikan. Mengenali isu-isu publik adalah langkah awal untuk memastikan pesan yang kita sampaikan benar-benar relevan dan tepat sasaran.
Salah satu bagian yang paling menarik dari pelatihan ini adalah pembahasan tentang simbiosis mutualisme antara Kementan dan media. Imam menekankan pentingnya transparansi dan kepercayaan dalam hubungan antara kedua pihak. Media membutuhkan informasi yang akurat dan terpercaya, sementara Kementan membutuhkan media untuk menyebarluaskan program dan kebijakan ke masyarakat.
“Jika kita tidak bisa membangun kepercayaan, informasi yang kita berikan akan sulit diterima dengan baik,” ujar Imam. Ia memberikan contoh kasus di mana ketidakjelasan informasi bisa memunculkan keraguan, yang pada akhirnya merusak reputasi Kementan di mata media dan masyarakat.
Pelatihan ini bukan hanya tentang belajar teknik berbicara di depan kamera atau menghadapi wartawan, tetapi lebih dari itu, ini tentang bagaimana menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan media. Dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan, para peserta kembali ke tugas mereka dengan semangat yang lebih besar untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang dijalankan oleh Kementan bisa diterima dengan jelas dan tepat oleh masyarakat.
Hits: 0