Harga Ayam dan Telur Stabil, Peternak Diuntungkan
Jakarta — Harga ayam broiler (livebird) dan telur ayam ras di tingkat peternak dalam sepekan terakhir menunjukkan tren stabil mendekati harga acuan pembelian (HAP) pemerintah. Kondisi ini menjadi sinyal positif setelah sebelumnya sektor perunggasan kerap menghadapi gejolak harga akibat dinamika pasokan, biaya produksi, maupun permintaan pasar.
Berdasarkan laporan Asosiasi Perunggasan Nasional (Pinsar), Muhlis Wahyudi, Sekjen PINSAR menjelaskan bahwa harga ayam broiler hidup saat ini di kandang berkisar Rp 23.000–Rp 24.000 per kilogram. "Hal ini berbeda dari berita yang beredar, bahwa khususnya di Jawa Barat harga livebird di kandang mencapai 26.000-28.000/kg, sehingga informasi perlu diluruskan kepada masyarakat", jelas Muhlis saat dikonfirmasi, Selasa (23/9/2025).
Sementara untuk komoditas telur ayam ras, hasil kordinasi dengan Asosiasi Petelur Nasional, bahwa berdasarkan laporan harga dari anggota asosiasi, saat ini harga telur ayam ras di tingkat peternak, secara Nasional berada pada kisaran Rp 25.000–Rp 26.000 per kilogram. Harga ini dinilai memberi keuntungan wajar bagi peternak tanpa menekan daya beli konsumen.
Stabilitas harga juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat selama peringatan Maulid Nabi. Tradisi perayaan yang berlangsung hampir sebulan, terutama di Jawa, mendorong kenaikan permintaan daging ayam dan telur. Kondisi serupa terpantau di sejumlah daerah di Sumatera dan Sulawesi.
Di beberapa sentra produsen, harga telur terpantau stabil, antara lain Rp 25.300 per kilogram di Blitar, Jawa Timur; Rp 25.500 di Kendal, Jawa Tengah; Rp 26.000 di Lampung; dan Rp 25.000 di Sumatera Selatan.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, pada minggu ketiga September harga telur ayam ras berada di kisaran Rp 26.057 per kilogram. Adapun harga ayam broiler hidup tercatat stabil di kisaran Rp 23.414 per kilogram.
Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan Kementan, Makmun, menegaskan bahwa capaian stabilitas harga ini merupakan hasil kerja bersama antara peternak, pelaku usaha, dan pemerintah.
“Stabilitas harga yang kita lihat saat ini menunjukkan keseimbangan baru di pasar perunggasan. Peternak mulai mendapat kepastian harga yang layak, sementara masyarakat tetap bisa mengakses protein hewani dengan harga yang terjangkau,” ujar Makmun di Kantor Kementan, Jakarta.
Menurut dia, dengan adanya kepastian harga, para peternak lebih leluasa menjaga kualitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat daya saing. “Kestabilan ini penting untuk menjaga keberlanjutan usaha peternakan rakyat sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional,” katanya.
Meski demikian, sektor perunggasan masih menghadapi tantangan berupa biaya produksi dan fluktuasi musiman. Untuk itu, Makmun menekankan pentingnya konsistensi kebijakan, pengawasan distribusi, serta penguatan rantai pasok.
“Pemerintah mengajak semua pihak memperkuat kolaborasi demi ekosistem perunggasan yang lebih sehat, berdaya saing, dan berkelanjutan. Dengan kebersamaan, kita dapat terus menjaga pasokan protein hewani nasional sekaligus memastikan kesejahteraan peternak,” ujar Makmun.