Select Page

Bogor– Tingkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) laboratorium, Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) bersama Balai Besar Veteriner (BBVet)/ Balai Veteriner (BVet) di seluruh Indonesia mengadakan workshop metode pengujian residu antibiotik dengan metode uji tapis (screening test) selama 3 hari mulai tanggal 6 s.d. 8 Desember 2022. Sebanyak 16 peserta hadir pada acara tersebut. (13/04/2022)

Workshop bertujuan untuk mengharmonisasikan metode pengujian sekaligus meningkatkan kompetensi Laboratorium veteriner di daerah. Acara dibuka oleh kepala BPMSPH, Drh Nasirudin, M.Sc di Gedung Bimtek BPMSPH dengan menghadirkan instruktur dari tim laboratorium Residu Obat (RO) dan Anti Mikrobial Resistensi (AMR) BPMSPH.

Sudah menjadi isu publik, penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan hampir tidak dapat dihindarkan, karena diharapkan ternak dapat selalu berproduksi secara optimal. Ini berarti ternak harus selalu dalam keadaan sehat. Upaya pencegahan maupun penanggulangan penyakit menggunakan berbagai jenis obat, terutama antibiotika, memiliki banyak efek samping yang tidak kita sadari.

Antibiotika merupakan suatu senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri (bakteriostatik) atau bersifat membunuh bakteri (bakterisidal). Mudahnya memperoleh antibiotika di pasaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi peternakan secara cepat, mendorong pemakaian antibiotika secara berlebihan tanpa memperhatikan segi keamanan produk pangan asal ternak.

Pemakaian antibiotika yang tidak tepat dan tidak wajar baik dari pemilihan jenis antibiotika, dosis dan lama pemakaiannya untuk pengobatan ternak atau sebagai growh promotor dan imbuhan dalam pakan ternak, akan menimbulkan residu dalam produk peternakan seperti daging, susu dan telur.

Residu yang ada dalam produk pangan asal ternak yang dikonsumsi akan menyebabkan turunnya tingkat kesehatan masyarakat sebagai konsumen karena dapat menyebabkan alergi, keracunan, resiko karsinogenik dan teratogenik serta yang paling utama yaitu timbulnya resistensi antibiotika.

Selain Pemerintah, masyarakat umum sebagai konsumen dan peternak maupun produsen pakan ternak turut berperan dalam menanggulangi bahaya pencemaran residu antibiotika dalam produk pangan asal ternak.

Dengan harmonisasi metode pengujian serta meningkatnya kapasitas personil laboratorium daerah maka diharapkan agar laboratorium dapat menyajikan data yang valid guna menentukan kebijakan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. (MS)

Hits: 3

Share and Enjoy !

Shares
Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Print
1
Hallo .. Ada yang bisa kami bantu ?
Powered by
FacebookTwitterInstagramTikTokYoutubeEmail
Skip to content