Swasembada Susu Bukan Sekedar Wacana, Ini Bukti Nyata Langkah Kementan

Malang - Pemerintah terus memperkuat ketahanan gizi nasional dengan menjadikan peningkatan produksi susu sebagai bagian integral dari Program Strategis Nasional Makan Bergizi Gratis (MBG). Melalui sinergi lintas kementerian, akademisi, dan pelaku usaha, perlu untuk memastikan pasokan protein hewani berkualitas bagi anak-anak Indonesia.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Suganda, yang menyoroti langsung peran penting subsektor peternakan. “Ketersediaan protein hewani yang aman dan bergizi, termasuk susu segar dari peternak lokal, merupakan bagian penting dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis. Ini bukan hanya soal pangan, tetapi juga tentang masa depan SDM Indonesia,” ujarnya dalam Seminar Nasional dan Kick Off Program U.S. Indonesia Dairy Farmer Partnership (USIDP) Jawa Timur, di Universitas Brawijaya, Rabu (23/7).

Agung katakan, Pemerintah melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan, menargetkan penambahan 1 juta ekor sapi perah dalam periode 2025–2029 guna mendongkrak produksi susu segar lokal. Strategi ini diperkuat oleh masuknya peningkatan produksi susu dalam Perpres No. 12 Tahun 2025 tentang RPJMN, sebagai bagian dari 77 proyek strategis nasional. Artinya, produksi susu kini menjadi agenda prioritas pembangunan nasional.

Pendekatan kolaboratif dengan sektor swasta dilakukan secara masif. Pemerintah tidak hanya mengandalkan APBN, tetapi juga menggandeng para pelaku usaha. “Hingga pertengahan Juli 2025, tercatat 196 perusahaan telah menyatakan komitmennya untuk berinvestasi dalam program ini, dengan hampir 1 juta ekor sapi perah akan dimasukkan,”jelas Agung. 

Ini menunjukkan kesiapan industri dalam memperkuat ekosistem persusuan nasional. “Dari total tersebut, sudah terealisasi 25.251 ekor, dengan nilai investasi mencapai Rp3,07 triliun,” tambahnya.

Untuk menjawab tantangan ini, Program US-Indonesia Dairy Farmer Partnership (USIDP) hadir sebagai inisiatif strategis. Melalui kolaborasi antara lembaga pendidikan dan mitra internasional, pelatihan digital diberikan kepada peternak untuk menerapkan budidaya sapi perah yang baik. 

“Program USIDP dapat menjadi titik tolak lahirnya peternak sapi perah yang kompeten dan modern, sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan pada impor susu,” terang Agung.

Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, menyampaikan bahwa kesenjangan antara kebutuhan dan produksi susu di Indonesia semakin melebar.

“Kebutuhan susu di Indonesia tumbuh sekitar 6% per tahun, sementara produksinya baru meningkat 1%. Ini peluang besar bagi kita untuk memperkuat produksi nasional. Dengan langkah cepat dan strategis, kita bisa memenuhi kebutuhan susu nasional demi mendukung tumbuh kembang generasi muda Indonesia,” ujarnya optimis.

“Saya masih ingat, meski kita menghadapi kekurangan susu, beberapa waktu lalu ada kejadian susu peternak dibuang ke sungai. Hal ini justru menunjukkan bahwa kita memiliki potensi produksi yang besar, namun masih perlu perbaikan dalam tata kelola. Dengan tata kelola yang lebih baik, potensi ini bisa kita optimalkan bersama untuk memenuhi kebutuhan nasional,” pungkasnya.