Indonesia dan Denmark Dorong Pengembangan Susu Organik Indonesia
Jakarta — Dukungan internasional kembali mengalir untuk pertanian Indonesia. Kementerian Pertanian bersama dengan Denmark menggandeng koperasi peternak dan pelaku usaha dengan menyelenggarakan Forum Rantai Nilai Persusuan Organik.
Forum ini guna memperkuat rantai nilai persusuan organik, sebuah langkah penting menuju pangan sehat dan berkelanjutan.
Kegiatan ini menghadirkan perwakilan pemerintah, koperasi peternak, pelaku usaha, lembaga internasional, serta mitra dari Denmark untuk memperkuat ekosistem persusuan organik di Indonesia.
Forum yang digelar berfokus pada penguatan rantai nilai persusuan organik, mulai dari hulu hingga hilir. Selain membahas penyusunan pedoman susu organik yang baik, forum ini juga menyoroti lahirnya produk susu dan keju organik pertama di Indonesia yang didorong melalui kerja sama dengan Denmark.
Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Makmun, menegaskan dukungan Pemerintah Denmark melalui program Strategic Sector Cooperation (SSC) dan Danida Market Development Partnership (DMDP) telah menghasilkan capaian konkret, antara lain lahirnya produk susu dan keju organik pertama di Indonesia, penyusunan pedoman produksi susu sapi organik yang baik, serta kontribusi pada revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) Sistem Pertanian Organik. Berbagai inisiatif ini juga sejalan dengan program prioritas pemerintah, yakni Peningkatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN), yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendukung visi Indonesia Emas 2045.
“Kami menyambut baik forum ini sebagai momentum penting untuk memperkuat ekosistem persusuan organik di Indonesia. Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan mulai dari peternak, koperasi, pelaku usaha, hingga mitra internasional untuk bersama-sama membangun rantai nilai persusuan organik yang sehat, tangguh, dan memberikan manfaat bagi masyarakat serta lingkungan,” ujarnya.
Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan, Ali Agus, menyampaikan terdapat tiga landasan utama dalam produk organik. “Pertama, landasan filosofis: menjaga keberlanjutan dengan alam. Kedua, landasan teologis: menjalankan perintah Tuhan untuk menghadirkan makanan halal dan thayib, sehat menyehatkan. Ketiga, landasan operasional: mewujudkan prinsip Aman, Sehat, Utuh, Halal (ASUH) dengan menghormati kesejahteraan hewan. Dengan dasar ini, produk organik hadir bukan hanya sehat, tetapi juga menjaga bumi bagi generasi mendatang,” katanya.
Dari sisi mitra internasional, Irene Quinst Mortensen, perwakilan dari Arla Foods Denmark, menekankan urgensi membangun pasar susu organik di Indonesia.
“Kami sudah memiliki pencapaian besar dengan keju organik pertama di Asia Tenggara melalui kerja sama koperasi dan Mazaraat. Tindakan nyata diperlukan sekarang untuk memperkuat pasar, meningkatkan permintaan konsumen, serta mendukung peternak melalui sertifikasi dan dukungan pemerintah,” ujarnya.
Pada forum ini, Andromeda Sindoro, CEO sekaligus pemilik Sweet Sundae, menuturkan bahwa perjalanan bisnisnya dalam mengembangkan produk yang organik telah dimulai sejak 2008. Menurutnya, peluang pasar produk organik di Indonesia masih terbuka lebar. Meski segmennya relatif kecil, konsumen organik memiliki daya beli tinggi serta kesadaran kuat akan kualitas dan keberlanjutan. Hal inilah yang menjadi fondasi bagi Sweet Sundae dalam membina peternak organik dan memperluas akses pasar.
“Pasar organik di Indonesia adalah blue ocean market yang potensial untuk terus tumbuh. Dengan membina peternak dan memperkuat branding, kami percaya produk organik bisa menjadi standar baru, sekaligus memberi kontribusi besar bagi kesejahteraan peternak,” ujarnya.
Kementerian Pertanian menegaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan agenda Peningkatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN) yang sedang disiapkan melalui Instruksi Presiden (Inpres). Dengan dukungan berbagai pihak, pemerintah berharap Indonesia dapat menjadi pionir produk susu organik di kawasan Asia Tenggara.