Select Page

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang masih berjuang melawan rabies. Rabies disebabkan oleh lyssavirus dan termasuk ke dalam family Rhabdoviridae. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Rabies ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi penyakit rabies (hewan penular rabies). Hewan utama sebagai penyebab penyebaran rabies adalah anjing, kelelawar, kucing dan kera. Di Indonesia, rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih menjadi salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat. Upaya pemberantasan rabies pada sebagian besar pulau di Indonesia belum berhasil dilakukan karena beberapa alasan. Beberapa di antaranya adalah kesulitan dalam melakukan vaksinasi pada anjing liar, manajemen rantai dingin dan pengiriman vaksin ke daerah terpencil, adanya perbedaan sosial-budaya di Indonesia, serta kurangnya sumber daya (Kementan, 2019).

Anjing merupakan reservoir utama virus rabies dan gigitan anjing merupakan penyebab >99% kasus rabies pada manusia. Virus ini pertama kali akan menginfeksi neuron (sel saraf) motorik perifer, dan gejala muncul setelah virus mencapai sistem saraf pusat. Rabies dapat bermanifestasi dalam dua bentuk klasik (sangat ganas dan lumpuh) dengan berbagai gejala, namun pada akhirnya menyebabkan koma dan kematian (Fooks et al. 2017).

Tanggal 28 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Rabies Sedunia. Tahun ini peringatan hari rabies mengambil tema: “Breaking Rabies Boundaries atau Mendobrak Batasan Rabies”. Tema tahun ini fokus terhadap perlunya upaya – upaya semua pihak untuk melampaui dan menerobos batasan yang menghalangi tujuan bersama yakni mencapai kondisi nol rabies pada tahun 2030. Selama ini seringkali terdapat banyak batasan yang berpotensi menghalangi capaian itu, dimulai dari isu One Health, kolaborasi lintas penyakit, batasan terhadap upaya vaksinasi, dan masih banyak lagi. 

Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan rabies adalah

  • Melakukan vaksinasi rutin pada hewan peliharaan, yaitu anjing dan kucing
  • Mendapatkan vaksin rabies untuk diri sendiri (bagi orang yang memiliki profesi berisiko tertular virus rabies)
  • Menghindari kontak dengan hewan liar atau hewan yang menunjukkan gejala rabies
  • Melaporkan ke petugas kesehatan/dokter hewan apabila menemui seseorang atau hewan yang mempunyai gejala rabies.
  • Ajari anak-anak untuk tidak menyentuh hewan liar, khususnya yang berpotensi sebagai penular rabies.

Jika terjadi gigitan oleh hewan penular rabies pada manusia, lakukan upaya penanganan luka gigitan secepatnya dengan cara mencuci luka menggunakan air mengalir dan sabun selama 15 menit lalu diberikan antiseptic, segera dibawa ke rumah sakit untuk kembali dilakukan pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR), penanganan luka sesegera mungkin efektif dapat mencegah timbulnya gejala dan kematian (Kemenkes 2019).

Fooks A, Cliquet F, Finke S, Freuling C, Hemachudha T, Reeta S. Mani R, Thomas Müller T, Nadin-Davis S, Picard-Meyer E, Henry Wilde H, Banyard A.2017. Rabies. Nat Rev Dis Primers 3, 17091.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2019. Buku Saku Rabies Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia. Jakarta: Indonesia. [Kementan] Kementerian Pertanian, [FAO] Food and Agriculture Organization, [WAP] World Animal Protection. 2019. Masterplan Nasional Pemberantasan Rabies di Indonesia. Jakarta: Indonesia.

Hits: 78

Share and Enjoy !

Shares
Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Print
1
Hallo .. Ada yang bisa kami bantu ?
Powered by
FacebookTwitterInstagramTikTokYoutubeEmail
Skip to content