Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang, silahkan tanyakan sesuatu
Logo

Transformasi Industri Unggas, Hilirisasi Ayam Rp20 Triliun Memotong Biaya Produksi Nasional

01/12/2025 08:44:00 Hasrul 103

Jakarta – Pemerintah tengah menyiapkan investasi bernilai Rp20 triliun untuk membangun program hilirisasi peternakan ayam terintegrasi. Pembangunan ekosistem industri unggas dari hulu sampai hilir diharapkan mampu memangkas biaya produksi yang selama ini menjadi tantangan peternak rakyat.

Profesor Riset Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nyak Ilham menegaskan bahwa program hilirisasi ayam terintegrasi akan berhasil jika dirancang secara cermat dan mampu bersaing sehat dengan industri komersial yang sudah mapan. Menurutnya, integrasi dari pakan hingga rumah potong memang menjadi langkah strategis untuk memperkuat struktur perunggasan nasional.

“Pemerintah harus memastikan kesiapan infrastruktur dasar,” ujarnya mengingatkan, Selasa (18/11/2025).

Selain aspek infrastruktur, Nyak Ilham menilai bahwa kemandirian peternak juga dapat tercapai apabila pembangunan hilirisasi dibarengi penguatan kelembagaan lokal, seperti koperasi. Dengan akses produksi yang memadai dan fasilitas yang terjangkau, peternak bisa mandiri. Kehadiran pabrik-pabrik hilirisasi terintegrasi peternakan di daerah juga diyakini dapat membuat harga lebih stabil.

“Selama ada koperasi dan akses produksi yang baik, peternak bisa berdiri sendiri. Harga pun akan lebih stabil karena tidak terjadi ketergantungan pada integrator besar,” ucapnya, seraya menekankan bahwa hilirisasi tidak boleh berhenti pada pembangunan fisik, tetapi harus disiapkan secara menyeluruh, termasuk ekosistem logistik, rantai pasok, dan efisiensi distribusi.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Peternakan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Mohammed Cevy Abdullah yang biasa disapa Cecep Wahyudin, mengungkapkan bahwa program hilirisasi ini ingin membentuk ekosistem terpadu yang menyatukan pembibitan, pakan, peternakan, hingga distribusi, menciptakan wadah besar layaknya super holding unggas. Peternak rakyat dan peternak mandiri, yang selama ini tidak punya posisi tawar, disebut akan mendapatkan induk usaha yang jelas.

Pola ini mengandalkan logika sederhana, semakin dekat pabrik pakan dan produksi dengan pasar, semakin kecil biaya logistiknya. Selama ini, logistik dan distribusi memakan biaya 15–20 persen dari total produksi unggas. Dengan membangun pabrik pakan, breeding, grower farm, RPA, hingga cold storage langsung di provinsi bahkan kabupaten dengan basis peternak biaya angkut bisa terpangkas. (*)

Facebook Instagram Youtube X TikTok