Program Integrasi Sapi - Sawit, Strategi Jitu Kementan Menuju Mandiri Protein
Bogor — Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat sinergi antara subsektor perkebunan dan peternakan melalui program Sistem Integrasi Sawit–Sapi (SISKA) sebagai salah satu strategi menuju kemandirian pangan nasional, khususnya kemandirian daging sapi. Komitmen ini ditegaskan dalam kegiatan Forum Group Discusion (FGD) Akselerasi SISKA sebagai Pilar Ketahanan Pangan Menuju Swasembada Daging Sapi dan Industri Sawit Berkelanjutan yang digelar di Bogor, Senin (27/10/2025).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menegaskan bahwa program SISKA bukanlah hal baru, melainkan inisiatif strategis yang telah lama digagas namun perlu percepatan implementasi. Menurutnya, momentum saat ini sangat tepat karena Presiden Prabowo Subianto terus mendorong terwujudnya swasembada pangan di berbagai komoditas.
“Program ini bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba. Ini sudah lama berjalan, namun belum optimal. Momentum sekarang sangat tepat karena Bapak Presiden terus menggaungkan kemandirian pangan. Kita sudah swasembada padi dan jagung, juga surplus produk unggas. Kini saatnya kita fokus pada swasembada daging sapi,” ujar Agung.
Ia menjelaskan, integrasi sawit dan sapi menjadi solusi strategis karena subsektor perkebunan sawit memiliki sumber daya pakan melimpah dan lahan luas mencapai 16,8 juta hektare. Melalui model integrasi tersebut, bukan hanya populasi sapi yang meningkat, tetapi juga efisiensi usaha, pengurangan limbah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun.
Agung menambahkan, Kementan telah mengidentifikasi sekitar 1,5 juta hektare lahan potensial untuk pengembangan ternak sapi. Hal ini memerlukan koordinasi lintas sektor dan dukungan regulasi untuk memastikan implementasi SISKA dapat berjalan efektif. “Integrasi sawit–sapi adalah strategi nasional untuk memperkuat ketahanan pangan. Melalui sinergi sektor perkebunan dan peternakan, kita tidak hanya meningkatkan populasi sapi, tetapi juga menciptakan sistem usaha yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” ujar Agung Suganda.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menegaskan komitmen pihaknya untuk berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam menyukseskan program mandiri protein melalui penguatan sistem integrasi sawit–sapi.
“Kami sepakat dengan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk bersama-sama mensukseskan program mandiri protein, sebagaimana perkebunan selama ini menjadi penggerak mandiri energi. Kami akan segera menerbitkan surat edaran yang harus dicermati dan dipatuhi kepada seluruh stakeholder dalam bidang Perkebunan agar mengintegrasikan sawit dan sapi dalam konteks yang nyata dalam optimalisasi lahan,” tegasnya.
Sementara itu, perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Windu Negara, menegaskan bahwa pelaksanaan program integrasi sawit–sapi bukan sekadar kepentingan sektoral, melainkan agenda besar yang menyangkut kepentingan bangsa. Menurutnya, seluruh pihak — baik pemerintah, asosiasi, maupun pelaku usaha — perlu melihat inisiatif ini sebagai bagian dari upaya kolektif untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, terutama dalam penyediaan sumber protein hewani bagi masyarakat Indonesia.
“Program integrasi sawit sapi ini bukan kepentingan parsial, tetapi kepentingan bangsa. Kita semua di sini, baik BRIN, asosiasi, maupun pelaku usaha, adalah komponen bangsa yang punya tanggung jawab bersama untuk memenuhi kebutuhan pangan, khususnya sumber protein bagi masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi lintas Kementan dan Lembaga, serta asosiasi dan pelaku usaha, mempercepat penyusunan regulasi pendukung, memperluas kemitraan antara perusahaan sawit dan peternak, serta memastikan aspek teknis seperti kesehatan tanah dan pengendalian penyakit dapat diantisipasi dengan baik, untuk mendukung ketahanan pangan menuju Indonesia Emas 2045.