Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang, silahkan tanyakan sesuatu
Logo

Perkuat Edukasi, Kementan Jaga Mutu Telur Tetap Aman dan Bergizi

11/09/2025 10:28:00 Hasrul 527

Jakarta – Mutu telur tidak hanya ditentukan oleh aspek harga, tetapi juga keamanan, gizi, dan standar distribusi. Hal tersebut mengemuka dalam webinar “Mutu Telur: Antara Preferensi Konsumen versus Standar Komersial”, yang digelar sebagai bagian dari rangkaian Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ke-189 di Jakarta, Selasa (09/09).

Kementerian Pertanian (Kementan) bersama akademisi, pelaku usaha, hingga lembaga konsumen, memberikan edukasi agar konsumen lebih kritis dan cerdas dalam memilih telur yang aman serta sesuai standar.

Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Kementan, Makmun, menegaskan bahwa telur merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam pemenuhan protein hewani masyarakat. 

“Telur bukan sekadar bahan pangan murah, tetapi juga pilar ketahanan pangan dan upaya percepatan penurunan stunting. Karena itu, aspek mutu, keamanan, dan keberlanjutan produksi harus menjadi perhatian utama,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, konsumsi telur masyarakat Indonesia mencapai 22,16 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi telur tertinggi di ASEAN, sekaligus masuk jajaran empat besar produsen telur dunia dengan total produksi sekitar 6,6 juta ton per tahun.

Namun, tingginya konsumsi tidak selalu berbanding lurus dengan pemahaman konsumen. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Niti Emiliana, menyoroti minimnya pengetahuan masyarakat terkait standar mutu dan label Nomor Kontrol Veteriner (NKV). 

“Konsumen berhak mendapatkan produk yang sehat, bebas cemaran, dan transparan asal-usulnya. Edukasi publik masih harus diperkuat,” tegasnya.

Dari sisi akademisi, Tuti Suryati, Dosen Fakultas Peternakan IPB University, menjelaskan bahwa mutu telur dipengaruhi faktor internal seperti genetik, umur, dan kesehatan ayam, serta faktor eksternal seperti pakan, manajemen kandang, distribusi, dan penyimpanan. “Semua itu akan memengaruhi kesegaran, kualitas gizi, hingga umur simpan telur,” jelasnya.

Sementara itu, pelaku usaha unggas, Hidayatur Rahman yang juga wakil ketua umum Pinsar Indonesia, menilai preferensi konsumen semakin beragam, mulai dari ukuran, kandungan gizi, hingga sertifikasi. 

“Kami siap mendukung kebutuhan pasar, termasuk program pemerintah seperti makan siang bergizi gratis, dengan menyediakan telur dan ayam yang aman dan berkualitas,” ungkapnya.

Tingginya konsumsi telur di Indonesia harus dibarengi kesadaran akan mutu. Telur aman dan bergizi bukan sekadar pilihan pasar, melainkan investasi bagi kesehatan generasi dan ketahanan pangan. Dengan konsumen cerdas dan produsen bertanggung jawab, telur dapat menjadi pilar ketahanan pangan dan perbaikan gizi bangsa.

Facebook Instagram Youtube X TikTok