Tangerang, – Kementerian Pertanian (Kementan) memperkuat kerja sama internasional di bidang kesehatan hewan dengan negara-negara Afrika melalui penyaluran hibah vaksin Antraks dan Septicaemia Epizootica (SE) – penyakit ngorok pada sapi yang sering menyebabkan kematian mendadak serta kerugian ekonomi besar. Langkah ini menjadi wujud nyata komitmen Indonesia dalam mendukung program pengendalian penyakit hewan menular di kawasan tersebut.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Agung Suganda, mengatakan program hibah ini merupakan bagian dari Animal Health Supporting for Livestock Program yang digagas bersama Indonesian Agency for International Development (Indonesian AID), Kementerian Keuangan, serta didukung Kementerian Luar Negeri.
"Melalui program hibah vaksin ini, Indonesia tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi kerugian ekonomi akibat penyakit hewan di Afrika, tetapi juga memperkuat diplomasi dan membuka peluang ekspor produk kesehatan hewan Indonesia ke pasar internasional," ujarnya saat membuka acara Pelatihan dan Pemetaan Need Assesment bagi Otoritas Kesehatan Hewan Kawasan Afrika, di Tangerang, Senin (25/8).
Sebagai tahap awal, Indonesia menggelar capacity building pada 26–29 Agustus 2025 di Balai Besar Veteriner Farma (BBVF) Pusvetma Surabaya. Pelatihan ini melibatkan Zimbabwe, Mozambik, Nigeria, Kenya, dan Tanzania, dengan materi pengendalian penyakit menular strategis, vaksinasi, manajemen rantai dingin (cold chain), hingga peningkatan kompetensi tenaga kesehatan hewan.
Mulai tahun 2026, Indonesia akan menyalurkan hibah vaksin hewan dalam jumlah jutaan dosis ke lima negara Afrika. Hibah tersebut mencakup satu juta dosis vaksin Septivet untuk Zimbabwe, serta 3,5 juta dosis vaksin Anthravet yang akan dibagikan ke empat negara lainnya. Nigeria, Kenya, dan Tanzania masing-masing akan menerima satu juta dosis, sementara Mozambik mendapat alokasi sebanyak 500 ribu dosis.
Agung menambahkan, vaksin produksi BBVF Pusvetma Surabaya telah terbukti memenuhi kebutuhan dalam negeri dan siap memperluas pasar ke luar negeri. “Negara-negara Afrika dengan populasi ternak besar juga membutuhkan vaksin Antraks dan SE. Kerja sama ini diharapkan menjadi pintu masuk kolaborasi yang lebih luas sekaligus promosi bagi produk vaksin Indonesia,” jelasnya.
Menurut Perwakilan Indonesian AID, Indro Bawono, kerja sama ini menjadi langkah penting dalam memperkuat ketahanan pangan global sekaligus mempererat persahabatan antarbangsa.
“Indonesia menunjukkan komitmen dengan memperkuat kapasitas teknis di Afrika, sekaligus mempererat persahabatan antarbangsa dan membuka jalan bagi kerja sama ekonomi yang lebih erat di masa depan,” ujarnya.
Kepala BBVF Pusvetma Surabaya, Edy Budi Susila, menambahkan, “Melalui kolaborasi ini, kami ingin memastikan tenaga kesehatan hewan di Afrika semakin siap menghadapi penyakit menular strategis, mulai dari penerapan vaksin hingga manajemen rantai dingin. Hasilnya diharapkan langsung berdampak pada peningkatan kesehatan ternak dan kesejahteraan masyarakat.”ungkapnya.
Dengan langkah ini, Indonesia menegaskan komitmen untuk memperkuat kesehatan hewan global dan membuka jalan bagi kerja sama yang lebih luas di masa depan.